Makna Simbolik Pakaian Adat…. Ansaar
seseorang lewat pakaian adat yang dikenakan.
Oleh karena itu, salah satu ciri identitas suatu
masyarakat dapat dilihat dari pakaian adat yang
dikenakan. Saat ini pakaian adat sudah berkem-
bang dengan pesat, dari yang sederhana menjadi
trendy. Sebagai contoh pakaian adat Jawa, yaitu
kebaya. Pada kehidupan pada masa lalu, kebaya
hanya dipakai oleh orang-orang tua karena
modelnya yang tradisional dan dianggap kuno.
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya,
pakaian kebaya saat ini sudah semakin diminati
tidak hanya oleh orang tua, para remaja atau
anak-anak sekalipun sudah tidak merasa risih
mengenakannya karena sudah dirancang dengan
konsep yang lebih fashionable.Dengan demikian,
pakaian adat saat ini sudah tidak dianggap kuno
lagi, bahkan lewat pakaian adat kita bisa tetap
melestarikan warisan dari leluhur kita .
Penggunaan pakaian adat tradisional di
setiap daerah umumnya tidak terlepas dari
stratifikasi sosial yang ada. Tidak terkecuali
pakaian adat tradisional daerah Mamasa yang
mayoritas dihuni suku Toraja Mamasa, penggu-
naannya masih terikat erat dengan sistem adat
yang berlaku dalam berbagai kegiatan sosial yang
berhubungan dengan adat setempat. Sebagai
perwakilan dari perwujudan tata kehidupan sosial
masyarakat suku Toraja Mamasa secara keselu-
ruhan, pakaian adat cenderung digunakan oleh
golongan bangsawan atau tokoh-tokoh adat yang
memiliki peranan penting dalam masyarakat.
Daerah Mamasa yang mayoritas penduduk-
nya dihuni oleh suku Toraja Mamasa, juga
memiliki pakaian adat dari berbagai jenis, baik
yang dipakai oleh masyarakat umum (pallem-
bangan) maupun yang digunakan oleh para
pemangku adat. Pakaian adat untuk pemangku
adat, dapat diketahui dengan ciri-ciri antara lain:
celana (talana tallu buku) warna putih, baju (bayu
pongko’) warna putih, sarung (sambu bembe)
warna putih, dan sapu tangan atau passapu’
warna putih. Jadi mulai dari bawah sampai atas,
semua berwarna putih. Sementara untuk pakaian
adat umum, ciri-cirinya juga dapat dilihat seperti,
baju tidak terikat dengan bentuk atau fashion, warna
baju tidak boleh putih, penutup kepala tidak boleh
putih, menggunakan keleng-kapan sarung dengan
warna tidak mengikat, serta menggunakan celana
khas Mamasa. Ciri inilah yang membedakan
antara pemangku adat dan masyarakat
umum.Pakaian adat umum maupun pakaian adat
untuk pemangku adat, keduanya dapat dipakai
pada acara resmi maupun tidak resmi, seperti
pada penyambutan tamu atau pejabat pemerintah,
pertemuan kepala-kepala adat, maupun pada
acara pernikahan adat. Bagi pemangku adat,
pakaian adat yang dikenakan adalah merupakan
pakaian kebesaran yang pemakaiaannya telah
diatur sesuai dengan tata cara yang digariskan
oleh adat dan bukanlah pakaian harian yang dapat
Selain memiliki fungsi seperti pakaian-
pakaian adat lainnya, pada pakaian adat Mamasa
juga terkandung makna dan simbol, dimana
makna dan simbol-simbol budaya tersebut tidak
hanya tercermin pada baju, celana atau sarung
yang dikenakan, tetapi juga pada berbagai
aksesoris atau perlengkapan yang digunakan,
seperti pada penutup kepala (passapu), gelang
(ponto), kalung, dan lain-lainnya. Ciri khas yang
tercermin dari bentuk, motif ornamen dan makna
simbol yang terdapat pada berbagai aksesoris
tersebut, menunjukkan tingkat perkembangan
kebudayaan suku bangsa tersebut.Masyarakat
Mamasa secara turun-temurun telah mewarisi
keterampilan yang maju dalam pembuatan
aksesori tradisional khas daerahnya. Begitupun
dalam pembuatan pakaian adatnya, mereka selalu
mempertimbangkan fungsi, tujuan bahkan status
sosial dari pemakainya. Aksesoris atau perhiasan
pada pakaian adat, selain memiliki fungsi estetika
untuk memperindah penampilan pemakainya,
juga memiliki fungsi sosial yakni memberi ciri
terhadap stratifikasi atau standing sosial si
pemakainya di tengah masyarakat.Di samping itu,
aksesoris juga memiliki fungsi simbolik, dalam
arti bahwa aksesoris yang dikenakan memberikan
pesan tersirat dan makna simbolik tertentu,
khususnya dalam penyelenggaraan upa-cara adat.
Dari ketiga fungsi tersebut, aksesoris pada
pakaian adat Mamasa, khususnya yang dipakai
oleh pemangku adat atau kaum bang-sawan
memiliki karakter yang lebih menonjol dalam
fungsi sosial serta fungsi simboliknya.
Berdasarkan latar belakang penelitian
sebagaimana dikemukakan di atas, maka masalah
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini
adalah: 1) bagaimana jenis-jenis pakaian adat